Sedari kecil sampai saat ini mungkin ada 5 sampai 6 sosok inspiratif yang selalu mengiringi perjalanan hidupku. Mulai dari Alm. Hj Nurhaida guru Sekolah Dasar yang selalu mengajarkanku untuk tekun belajar dan giat mencapai cita-cita.

Selanjutnya, Ibu Atan seorang janda karena keadaan harus menjadi montir bengkel sepeda motor untuk membiayai sekolah anaknya-anaknya. Beliau selalu memberi nasehat untuk selalu bersyukur pada Sang Pencipta walaupun cahaya matahari belum bersinar terang di kehidupannya, dan beberapa sosok lainnya.

Sosok-sosok inspiratif tersebut memberikan berbagai kalimat dan cara hidup yang membekas bahkan menjadi ‘cambuk’ ketika aku berada di titik terendah sebagai seorang wanita. Di antara semua sosok inspiratif yang selalu terekam di otak kecilku ini, ada seorang wanita yang saat terdiampun aku merasakan kehadirannya.

Dia adalah nande (Ibu–bahasa Batak Karo), setiap menceritakan sosoknya maka memoriku seolah kembali ke masa kanak-kanak dimana kebahagiaan, keharuan dan perjuangan seorang ibu terkuak sehingga menjadi kenangan yang sulit untuk dilupakan.

Sebagai anak perempuan sendiri di tengah keluarga, mungkin aku lebih merasakan bagaimana sisi wanita yang walaupun dia tersenyum, terdapat goresan luka dan pengharapan besar di sana. Sedari kecil sampai detik ini, nande merupakan sosok pejuang di tengah keluarga.

Siapa sangka saat kami masih ingin merasakan belaian, gurauan bahkan cerewetnya seorang Ibu tapi harus ditinggalkan untuk mengais rezeki siang-malam untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga. Hari malang itu menghampiri bapak yang mengalami kecelakaan mobil sehingga tak lagi mampu berbuat banyak untuk keluarga.

Kami tak dapat menyesali bahkan kecewa, karena Sang Pencipta sudah memiliki skenario tersendiri untuk setiap keluarga. Setidaknya, kami bisa bersyukur, bapak masih bisa menemani kami di rumah dan memperhatikan tingkah laku anak-anaknya dengan keterbatasan.

Semenjak saat itu, nande-lah yang mengemban semua tanggung jawab ekonomi di tengah keluarga. Dari bibir lembutnya tidak pernah keluar keluhan dan sumpah serapah. Semua dilaksanakan dengan ketulusan karena menyadari bahwa jalan hidup tak selalu tanpa hambatan layaknya jalan tol.

Dini hari, saat semua masih terlelap dia mulai berangkat ke pasar untuk berjualan, tomat dan berbagai sayur-mayur. Sebelum matahari menunjukkan wajahnya dia sudah tiba di rumah untuk memasak dan memenuhi kebutuhan anak-anak.

Setelah semua beres, dia mulai menggoes sepeda tua-nya membonceng kami bertiga karena memang anak-anaknya hanya berjarak satu tahun jadi dapat sekolah berbarengan di sekolah tempat nande mengajar. Sedangkan adik kecil yang masih hitungan bulan bersama bapak di rumah.

Sepulang sekolah dia kembali membawa barang dagangannya berupa pakaian anak-anak dan dewasa untuk dijajakan ke lingkungan sekitar rumah bahkan sampai ke kampung sebelah. Dengan dua tangan dia mampu mengerjakan semua pekerjaan sampingan demi menambah pundi-pundi keluarga.

Perannya sebagai istri dan ibu tidak pernah dilupakan, bahkan dengan padatnya pekerjaan sampingan yang dilakoni, dia masih sempat memasak menu makanan sehat di rumah. Serta memberikan ASI terbaik untuk si bungsu.

Ntah apa yang ada dipikiran nande waktu itu, kalau aku berpikiran dia kelelahan, apakah mungkin? Dia selalu tersenyum bahkan raut wajahnya tidak pernah menggambarkan kesedihan. Sekuat itukah seorang wanita? Tanyaku dalam hati.  

Sejujurnya, jika mau egois, aku ingin nande selalu berada di rumah. Menemani belajar, bernyanyi bahkan mengepang rambutku saat pentas seni di sekolah. Kemarahanpun pernah terlontar dari kepolosan bibirku, saat mendapat Juara Umum di sekolah namun kedua orang tua tidak pernah bisa hadir.

Saat aku menjadi utusan sekolah untuk mendapatkan penghargaan, nande pun tidak dapat menemani. Lalu berontakku dalam hati, “Untuk siapa aku mendapatkan prestasi ini?” Sedangkan anak-anak lain yang prestasinya biasa aja, kedua orang tuanya selalu hadir di sekolah saat pembagian rapot. Jika teringat cerita ini, pasti air mata selalu mengalir tak terbendung. Untungnya, seisi rumah sudah terlelap saat menulis ini.

Saat usiaku beranjak remaja, aku bertanya padanya. “Nde, apa enggak capek bekerja terus, kapan ada waktu untuk kami?” Sambil melipat kain, nande pun menjawab: “Kalau enggak kerja terus menerus, kamu nanti enggak bisa jadi dokter, nak.”

Semenjak hari itu, aku tidak pernah lagi memberontak bahkan selalu mendoakan agar nande senantiasa sehat dan ditemani Sang Pencipta dalam setiap langkah. Kami berempat mulai belajar mandiri, membagi tugas melakukan pekerjaan rumah. Siapa sangka ketiga saudara laki-lakiku pintar memasak dan melakukan pekerjaan rumah bahkan sampai mereka berumah tangga.

Kami tidak ingin menyusahkan nande lagi karena pekerjaan rumah. Dia selalu menutupi kakinya yang selalu bengkak saat pulang kerja dan berjualan. Ntah berapa mil yang dia lalui setiap hari demi membawa bayam dan tempe ke rumah setiap hari. Saat ku tanya “Nande capek? Mau diurut?” Dia selalu berkata “Tidak nakku, lebih baik kamu mengerjakan PR atau istirahat.”

Ketika mengintip dari kamar, ternyata dia melakukan kebohongan. Karena betisnya bengkak seperti luka bakar dan mengobati dengan salep. Ternyata nande terjatuh membawa beban jualan dan kakinya terkena knalpot motor yang panas. Mungkin kepedihan itu ingin dinikmatinya sendiri tanpa membebani keluarga dengan hal yang remeh menurutnya.

Banyak hal yang ditutup-tutupi agar semua terlihat baik-baik saja. Ketika lauk kurang dia mengatakan sudah kenyang. Saat harus pindah kontrakan karena tidak mampu membayar, dia mengatakan cari rumah yang lebih baik. Ketika persediaan sembako habis, dia berkata besok Tuhan akan kirimkan lagi.

Kepercayaan dan ketergantungannya pada Sang Pencipta mengajarkanku untuk hidup berserah kepada-NYA sampai saat ini. Kalimat mengeluhpun sangat jarang keluar dari bibirku, semua permasalahan dihadapi dengan optimis dan pengajaran ini semua didapatkan dari nande.

Selain sebagai seorang Ibu, nande merupakan istri yang cakap. Walaupun bukan orang manajemen tapi dia mampu mengatur semua keperluan rumah tangga baik dari keuangan sampai nutrisi keluarga.

Matanya tak pernah luput dari perjalanan hidup anak-anaknya. Dia memiliki belas kasih yang tidak berkesudahan. Tak hanya untuk keluarga sendiri, tapi keluarga besar bahkan orang-orang yang kurang beruntung di sekitar lingkungan rumah.

Teringat bahwa nande tidak pernah memasak hanya untuk keluarga tapi dia selalu masak untuk 10 sampai 15 orang. Dia berkata kalau ada tukang becak atau pemulung yang lewat pasti dipersilahkan makan dulu di rumah. Alhasil, terkenallah rumah sebagai tempat persinggahan orang banyak, walaupun bukan warteg.

Bapak sebagai kepala rumah tangga tidak pernah mengeluh, karena memang mereka sehati sepikir terkait jiwa sosial yang tinggi. Nande selalu berkata bahwa memberi itu lebih baik daripada menerima dan lebih baik lagi memberi dalam kekurangan.

Bapak dan nande selalu terlihat mesra, saling memperhatikan dan mengayomi. Oleh karena itu, aku sangat terinsipirasi untuk memiliki rumah tangga yang harmonis. Cerminan dan teladan itu sudah diberikan oleh kedua orang tuaku.

Mungkin keharmonisan Bapak dan Nande hanya sampai pertengahan 2018 ini saja. Sudah setahun lebih nande menjaga dan menemani bapak dengan penyakit kanker paru-paru yang dialami. Setahun di rumah sakit beralaskan tikar, merasakan kedinginan, terjaga di tengah malam saat bapak mulai sesak dan batuk parah.

Menghibur bapak dengan berbagai cerita dan kenangan masa muda. Sampai-sampai tubuhnya pun ikut dirawat di rumah sakit akibat kelelahan yang luar biasa. Siapa lagi yang menjaga bapak, di saat anak-anaknya sudah jauh dari tatapan mata. Mau enggak mau, nande berusaha keras untuk sembuh dan kembali bangkit agar mampu menjaga bapak di rawat inap.

Perjuangannya menemani bapak mulai dari kemotrapi sampai harus dioperasi sungguh luar biasa. Aku selalu menguji diri, apakah kelak aku mampu seperti nande menjadi istri setia yang selalu berada di samping suami dalam keadaan suka maupun duka??? Ah, sebagai wanita dia terlalu hebat untuk menjalani semua ini.  

Sang Pencipta pun menulis skenario dengan baik dalam hidupnya. Di saat ulang tahunnya ke 55 Tahun tepatnya 5 Juni 2018 lalu, Tuhan memanggil bapak untuk berpisah dengan nande dan kami semua. Dia hanya terdiam dan berusaha memeluk kami anak-anak yang histeris kehilangan. Dia begitu tegar, wajah lelahnya seolah berkata “sudah selesai”.

Hatinya begitu hancur, kue ulang tahun yang dipotong di ruang tunggu ICU pertanda kue perpisahan dengan belahan hidupnya. Kalimatnya menjadi minim hanya air mata yang terus berurai. Kembali dia menjadi penyemangat anak-anak dan cucunya. Nande berkata hidup harus terus berlanjut, kenanglah apa yang terbaik yang pernah bapak lakukan untuk kita sekeluarga.

Hampir 5 bulan ini nande hidup dalam kesendirian. Anak-anaknya sibuk dengan rumah tangganya masing-masing. Kadang aku merasa sebagai anak yang kurang memperhatikan seorang Ibu.  

Ada benarnya sebuah pepatah berkata, “Satu Ibu mampu mengurus 10 anak sekaligus, akan tetapi 10 anak belum tentu mampu mengurus seorang Ibu.” Melihat begitu banyak perjuangan dan pengorbanan yang dilakukannya selalu membuatku merasa bersalah jika tidak menghubungi dan menanyakan kondisinya setiap hari.

Rupiah demi rupiah dikumpulkannya untuk memenuhi cita-citaku kuliah di universitas yang aku dambakan. Uang kuliah yang begitu mahal, biaya hidup di Jakarta yang tidak sedikit bahkan uang bulanan yang tidak pernah terlambat datang.

Semenjak menikahpun sampai memiliki anak, tangan lembutnya tidak pernah ketinggalan merawat buah hatiku. Dia selalu menjadi Ibu yang bersemangat untuk anak cucunya.

Dari nande, aku banyak belajar menjadi wanita tangguh. Wanita yang tidak ‘cengeng’ dengan situasi permasalahan. Wanita yang bisa melakukan 10 pekerjaan sekaligus tanpa mengenal lelah. Bahkan menjadi istri dan ibu yang mempesona bagi seluruh anggota keluarga.

Kita tidak tahu kapan Sang Pencipta menjemput orang yang kita kasihi, tapi kita tahu kapan kita harus memberi perhatian lebih. Salah satu hal kecil yang dilakukan sebagai anak adalah menjaga dan merawat komunikasi dengan nande.

Berkomunikasi dengan nande lewat telpon, chat atau whatsApp membuat jarak kami menjadi dekat. Mengetahui apa yang saat ini dirasakan serta menepis kesendirian yang dihadapinya di rumah. Di usianya yang mulai renta selalu mengajarkanku untuk selalu berdoa dan melakukan semua yang terbaik #buatkamu nande.

Bersyukurnya dalam setiap kesempatan TCASH selalu hadir mempermudah komunikasiku dengan nande. Hal rutin yang dilakukan setiap minggu adalah mengirimkan pulsa ke nande. Memang hal kecil ini tidak berarti apa-apa dengan semua yang telah ditorehkan dalam kehidupanku dan keluarga. Namun, saat mengirimkan pulsa nande memiliki kesempatan untuk berbicara dengan anak-anak dan cucunya.

Kegiatan rutin ini selalu dilakukan setiap minggu khususnya menjelang akhir pekan. Enggak perlu repot lagi harus ke counter atau minimarket untuk mengirim pulsa ke nande. Langsung dari handphone dengan aplikasi TCASH, bahkan saat mengirimkan pulsa tidak dikenakan biaya apapun. Tentunya berbeda jika kita membeli pulsa di tempat lain yang dikenakan biaya Rp2.000 – Rp3.000.

Bagi sebagian orang mungkin belum kenal dengan aplikasi yang diluncurkan oleh Telkomsel ini. TCASH sendiri berupa uang elektronik yang memiliki fungsi seperti uang tunai dan dapat digunakan untuk berbagai transaksi. Di jaman now yang serba cepat, praktis dan digital ini tentunya menggunakan TCASH adalah solusi yang tepat.

TCASH adalah layanan uang elektronik dari Telkomsel yang bisa digunakan oleh seluruh pelanggan Telkomsel dan non Telkomsel untuk semua transaksi hanya dengan menggunakan aplikasi kapanpun dan dimanapun. TCASH telah memiliki izin dari Bank Indonesia sebagai penyedia layanan keuangan elektronik. 

Melalui smartphone, segala transaksi dapat dilakukan mulai dari mengirim uang, mengisi pulsa/paket data, membayar/membeli segala tagihan, listrik, kartu HALO bahkan untuk donasi. Menariknya, banyak sekali promo dan cashback yang ditawarkan melalui TCASH.

1. Aplikasi TCASH Wallet

1. Download aplikasi TCASH Wallet di App Store atau Google Play.
2. Isi data diri sebagai syarat pendaftaran pengguna TCASH Wallet.
3. Login masukkan 6 digit PIN TCASH Wallet.
4. Lalu TCASH dapat digunakan.

2. Cara Mendapatkan Stiker NFC

  1. Datang ke GraPARI dan mendaftar sebagai pengguna TCASH. Untuk saat ini di daerah saya, stiker dihargai Rp5.000,- bisa juga dapat gratis untuk beberapa GraPARI.
  2. Aktivasi stiker dapat dilakukan dengan bantuan Customer Service atau dilakukan sendiri dengan cara ketik *800*80*12 Nomor Serial*6digitPIN#
  3. Terdapat 12 Nomor Serial dibelakang stiker TCASH.
  4. Notifikasi Aktivasi akan dikirim via SMS.

3. Cara Top Up/Isi Saldo TCASH

Pengisian saldo TCASH dapat dilakukan di Bank (ATM, mobile banking  atau internet bangking), Indomaret, Alfamart, GraPARI dan agen TCASH.

Melalui TCASH berbagai promo merchant dihadirkan, oleh karena itu kita dapat memperhatikan, mentraktir atau memberikan yang terbaik untuk sosok inspiratif yang kita kagumi dan sayangi. Selain itu juga terdapat beberapa merchant TCASH yang memberikan cashback untuk pembayaran/pembelian tertentu.

Salah satu komitmen yang akan terus dilakukan setiap minggu adalah mengirimkan pulsa ke nande agar komunikasi terus berjalan lancar. Dengan komunikasi yang baik, jarak yang jauh tidak menjadi masalah untuk kami saling memperhatikan. Di samping itu, setiap bulan mengirimkan uang untuk keperluan dapur nande.  

Semenjak memakai TCASH, tidak perlu takut atau repot cari uang tunai. Untuk berbagai pembayaran sangat dimudahkan melalui aplikasi TCASH. Apalagi saat berbelanja ke minimarket atau ke tempat jajanan makanan keluarga.

Untuk beberapa transaksi baik pengiriman uang, pembayaran berbagai merchant, pulsa, listrik dan sebagainya. Di samping itu, TCASH di bawah pengawasan Bank Indonesia.

Transaksi yang dilakukan tidak ribet tinggal menggunakan pembayaran/pembelian melalui TAP atau SNAP. Melalui panduan aplikasi juga mudah sehingga dapat diterima oleh masyarakat awam sekalipun.

Sebagai seorang wanita yang suka berbelanja dan memenuhi kebutuhan keluarga, maka TCASH hadir memberikan bonus dan keuntungan banyak seperti diskon, cashback dan sebagainya.


32 Comments

Joe Candra P · November 3, 2018 at 4:28 pm

wah terharuuuu, salam buat ibu Nande yah kak

Adhi Nugroho · November 3, 2018 at 4:40 pm

Sumpah, terharu banget bacanya Ito. Sumpah merinding. Jadi keinget juga sama Ibuku. Aduh. Semoga Ibunda senantiasa diberikan kesehatan, ya.
Btw, TCash memang mantep banget, ya. Sejak Peraturan BI mengenai Uang Elektronik dikeluarkan, TCash memang salah satu pelopornya. Bisa dipakai berbagai keperluan tanpa bawa uang kartal.
Anyway, sukses ya Ito buat lombanya. Kalo ini ga juara, ga tau lagi deh. Hehe. Sumpah merinding bacanya. Sukses terus 🙂

    ardasitepu · November 4, 2018 at 5:27 am

    Makasih ito… Kiranya Ibu tetap menjadi inspirasi kita 🙂

Yayah Rochayah · November 3, 2018 at 6:18 pm

Beruntungnya Kakak mempunyai ibu yang begitu hebat. Luar biasa kesabaran dan keikhlasannya. Semoga Ibunda selalu sehat dan diberikan umur panjang ya..

    ardasitepu · November 4, 2018 at 5:28 am

    Amin amin, selalu doa agar Ibu diberikan umur panjang 🙂

Helena · November 3, 2018 at 10:44 pm

Aaah aku terharu membaca kisah pengorbanan seorang ibu. Puluhan pekerjaan mampu ia kerjakan, tanpa mengeluh. Sehat-sehat yaa nande

    ardasitepu · November 4, 2018 at 5:29 am

    Makasih mba e untuk doanya. Semoga nande sehat selalu 🙂

Indah Riadiani · November 3, 2018 at 10:52 pm

Kata-kata ini selalu bikin sesak mba “Satu Ibu mampu mengurus 10 anak sekaligus, akan tetapi 10 anak belum tentu mampu mengurus seorang Ibu.“ Semoga hadirnya tcash bisa merawat kemesraan kita dengan ibu tercinta ya mba.

    ardasitepu · November 4, 2018 at 5:30 am

    Amin mba. Semoga kita juga mampu jadi Ibu yg luar biasa 🙂

Alia · November 3, 2018 at 11:45 pm

Inspiratif banget, terharu

Uchy Sudhanto · November 4, 2018 at 1:07 am

Aku baca cerita tentang Nande sampai berkaca-kaca mbak.. speechless karena saking hebatnya beliau.. sehatlu ya Nande..

    ardasitepu · November 4, 2018 at 5:30 am

    Terima kasih mba. Semua Ibu memang jd sosok inspiratif dan luar biasa dlm hidup kita 🙂

Ida Raihan · November 4, 2018 at 1:09 am

Kenangan bersama Ibu memang selalu membekas ya Mbak. Tak kesah apapun yang pernah diperbuat ibu, semua ia lalukan demi kemajuan dan kebahagiaannya anak-anaknya. Seorang ibu adalah doa terbaik bagi anak anaknya.

    ardasitepu · November 4, 2018 at 5:31 am

    Doa yg terbaik untuk semua Ibu ya mba 🙂

Julyanidar · November 4, 2018 at 7:00 am

Sehat selalu ya nande… Pasti bangga punya putri yang selalu sayang dan selalu merindu.

alfianhoki · November 5, 2018 at 1:28 am

wah.. keren mbak, peran seorang ibu untuk Ane sangat sangat besar, ane paham banget karena kisah hidup kita ternyata nggak jauh beda. keren mbak.
salam untuk ibunya ya, semoga sehat selalu. aamiin

    ardasitepu · November 5, 2018 at 10:14 am

    Amin mas. Semoga Ibu selalu sehat ya 🙂

Siti Faridah · November 5, 2018 at 3:42 pm

Aduh, hapeku ternyata rusak dan fitur NFC nya nggak bisa digunakan jadi nggak bisa pakai TCash. Huhuhu. Padahal banyak kemudahan ini dan itu kalau pakai TCash.

    ardasitepu · November 5, 2018 at 5:13 pm

    Iya mba, penting banget TCASH untuk keperluan sehari-hari:)

Siti Nurjannah Tambunan · November 8, 2018 at 12:40 pm

Aduh kalo dah crita mamak, sepanjang usia awak cerita gak akan siap cerita tentang mamak ini kan mom. Sehat selalu ya nande, hebat kali nande bisa didik mom Arda sampe jd momblogger yang kece badaiiii… Tulisan nya bagus dan menggugah sekali.

Aku blm pakai t-cash kak, hehe nnti boleh juga ni jd referensi..

    ardasitepu · November 9, 2018 at 4:52 pm

    Iya kak, cerita mamak memang ga ada habisnya. Ayuk pakai TCASH dan terima kasih sudah berkunjung 🙂

Nunung yuni anggraeni · November 9, 2018 at 4:49 pm

Salut banget ya Mbak dengan perjuangan Nande untuk anak-anaknya. Bahkan berbohong saat kakinya bengkak agar anak-anak tidak tahu betapa keras perjuangannya. Semoga nande nya selalu sehat ya Mbak.

    ardasitepu · November 9, 2018 at 4:52 pm

    Amin amin, makasih ya mba. Doa saya juga terbaik untuk keluarga mba 🙂

Firmansyah · November 12, 2018 at 6:27 am

Jujur aku baru dengar istilah Nande, itu memang ibu artinya dalam bahasa daerah? atau semacam panggilan sayang dari kecil, mbak?

But, aku selalu terharu sekaligus sedih kalau baca kisah perjuangan ibu. Karena aku tidak seberuntung itu, aku malah sudah ditinggal ayah dan ibu ketika masih kecil. Semoga Nande nya Mbak Arda selalu diberikan kesehatan dan umur yang panjang ya. Aaamiin.

    ardasitepu · November 12, 2018 at 11:18 am

    Amin, mas iya itu nama dalam bahasa karo artinya Ibu. Karena memang dari kecil besar dari adat budaya maka sampai sekarang panggilannya Nande 🙂

April Sants · November 12, 2018 at 1:00 pm

Ibu memang wanita superhero. Ibu saya juga singel parent. Kalau ngomong ibu mesti jadi mewek

nurfitri wardani · November 14, 2018 at 1:59 am

Duhh..mau nangis baca nya kk.sekaligus inspiratif jg bahwa seorang ibu harus kuat..semangat utk kita…

    ardasitepu · November 15, 2018 at 3:51 am

    Yup mba, wah saya merasa semenjak jadi ibu belum apa2 nya dengan pengorbanan ibu 🙂 semangat selalu ya mba..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!