Tak harus menjadi seorang aktivitis untuk dapat berbuat banyak terhadap lingkungan. Kegiatan sekecil apapun mampu memiliki dampak positif terhadap bumi yang dibutuhkan sampai generasi nanti.
Sore kemarin langit masih terlihat biru, namun semburan gunung Sinabung seolah menyelimuti langit dengan abu vulkanik. Jangankan melihat langit biru, jarak pandang pun sudah sangat terbatas.
Fenomena gunung Sinabung sudah berlangsung hingga belasan tahun. Tak ada kepastian sampai kapan bumi Tanah Karo bebas dari bencana alam ini. Bulang (sebutan kakek dalam bahasa Karo) berkata bahwa alam mulai bosan dengan berbagai tindakan kecerobohan manusia yang selalu merusak dan hanya segelintir yang mampu merawatnya.
Ntah kapan langit biru itu akan hadir kembali. Sama halnya seperti di desa yang diselimuti abu vulkanik, kota Medan pun tak luput dari suramnya langit. Bukan karena abu vulkanik yang melintasi kota ini akan tetapi asap kendaraan bermotor, asap pabrik, asap pembakaran yang membuat langit Medan tak pernah lagi indah.
Kendaraan bermotor selalu bertambah setiap hari. Dulu, setiap gang jarang dilalui kendaraan tapi saat ini sebuah jalan kecil pun bisa mengalami kemacetan. Di mana-mana ada mobil, kereta (motor), becak dan sebagainya.
Kadang si pengendara tak merasa bersalah dengan asap knalpot yang ‘ngebul’ hingga mengudara. Jangankan langit yang terkontaminasi dengan asap, manusia pun lama-kelamaan akan mati perlahan dengan berbagai polusi udara yang ada.
Masih membekas diingatan saat melewati Jln.Pattimura Simpang Jalan Jamin Ginting Kota Medan, terdapat Standar Pencemar Udara (ISPU). Dulu sering memperhatikan alat tersebut, jika dalam kondisi hijau berarti udara masih aman untuk dihirup dan jika sudah merah maka polusi udara semakin tinggi.
Akan tetapi alat tersebut tinggal kenangan, karena tidak berfungsi dengan baik lagi. Sekarang sebagai orang awam ntah bagaimana cara melihat kondisi udara baik atau tidak. Jadi biasanya tinggal lihat langit, jika langit terlihat biru dan tidak tertutup asap maka amanlah jalan yang dilalui.
Apalagi dewasa ini, mobil bukan lagi sebagai barang tersier tetapi sudah menjadi sebuah kebutuhan. Masalahnya, ketika daya beli masyarakat sudah tinggi terhadap mobil akan tetapi pemeliharaan dan pengisian bahan bakar selalu memilih harga yang termurah.
Tak aneh, jika ada Pom Bensin (SPBU) yang masih menyediakan BBM Premium maka antrian mobil akan lebih panjang dibanding Pertalite atau Pertamax. Hal ini dikarenakan kemampuan masyarakat masih pada tahap penggunaan mobil tanpa tahu pemeliharaan kendaraan dalam jangka panjang.
BBM Premium masih menjadi primadona karena harga yang dibanderol tidak mahal. Padahal RON yang digunakan Premium 88 sedangkan menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.20 Tahun 2017 tentang Bahan Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor minumum harus mengandung RON 91.
Penggunaan BBM dengan RON rendah selain tidak merawat mesin dengan baik ternyata memiliki dampak yang buruk terhadap kualitas udara, ekosistem, tanah, air dan sebagainya. Jadi, kalau sampai hari ini masih banyak bencana alam, penyakit yang timbul bahkan virus yang hadir saat ini akibat dari terganggunya ekosistem.
Jika ditanya siapa yang menjadi ‘dalang’ menurunkannya kesehatan masyarakat, bencana dan sebagainya? Maka jawabannya adalah saya, yang terkadang egois dan lupa bahwa lingkungan yang buruk akan menciptakan situasi kehidupan tidak baik untuk hari ini dan nanti.
Salah satu solusi yang diharapkan mampu mengurangi polusi udara adalah dengan membiasakan masyarakat untuk memilih bahan bakar yang ramah lingkungan. Bahan bakar kendaraan yang juga baik untuk kendaraan dalam jangka waktu panjang.
Bersyukur pada tanggal 3 Maret 2021 kemarin, saya mengikuti webinar penggunaan BBM Ramah Lingkungan yang diselenggarakan oleh KBR (Kantor Berita Radio) dan YKLI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia). Tema yang diangkat adalah Penggunaan BBM Ramah Lingkungan.
Seperti yang dijabarkan oleh Tulus Abadi bahwa polusi udara yang terjadi dipicu oleh energi fossil (BBM) yang membahayakan kesehatan dan keselamatan masyarakat. Sehingga tanpa disadari hal inilah yang menjadi the real pandemy. Oleh karena itu, mulai dari hari ini diperlukan BBM ramah lingkungan dan peran pemerintah sangat berpengaruh terhadap regulasi tersebut.
Apalagi masyarakat masih dimanjakan dengan BBM Premium yang murah dan beberapa SPBU masih menjajakan bahan bakar tersebut. Padahal menurut Febby Tumiwa bahwa hampir 97% kualitas BBM di Indonesia berada di bawah standar. Beliau menambahkan BBM dengan kadar sulfur di bawah 50 hanya pada Pertamax Turbo dan BBM ini biasanya digunakan untuk mobil-mobil mewah.
Padahal masyarakat Indonesia memiliki mobil dengan medium class. Secara otomatis bahan bakar yang dipilih pun dengan harga yang masih terjangkau. Jenis bahan bakar di Indonesia pun masih bervariasi sehingga diharapkan pemerintah mampu menyederhanakan jenis bahan bakar sehingga pilihan tidak banyak.
Jadi tidak heran jika munculnya penurunan kesehatan masyarakat akibat polusi. Sehingga diharapkan masyarakat bergotong royong untuk menggunakan BBM ramah lingkungan dan tidak lagi berfokus pada harga. Secara sederhana dapat dikatakan jika berani memiliki kendaraan maka berani untuk bayar harga lebih dengan memakai BBM yang ramah lingkungan.
Harapannya, Pemerintah juga melihat hal ini sebagai kegelisahan sehingga mampu membuat regulasi yang tegas akan distribusi BBM Premium. Membantu subsidi BBM ramah lingkungan agar masyarakat dapat memilih walau bayar sedikit mahal tapi menimbulkan efek jangka panjang untuk kendaraan maupun lingkungan yang lebih baik.
Sebagai masyarakat awam yang berperan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) melihat fenomena yang terjadi saat ini harus segera diatasi dan dimulai dari rumah. Tak berharap kelak generasi masa depan akan mendapatkan kesengsaraan dengan ulah manusia pada masa kini.
Citra Dyah Prastuti dari KBR menyatakan bahwa ketika kita menciptakan sebuah masalah khususnya lingkungan maka kita juga menjadi bagian untuk mencari solusi. Sehingga pernyataan ini mengetuk hati saya untuk memaksimalkan apa yang dapat dilakukan mulai dari rumah.
Setidaknya mampu berkontribusi untuk langit biru di masa kini hingga masa depan. Berikut 9 (sembilan) hal yang dapat dilakukan dalam mewujudkan lingkungan serta langit biru di mulai dari rumah:
- Menggunakan energi dan sumber air dengan seminim mungkin. Tidak boros penggunaan listrik, air serta membuat tanaman di sekitar rumah.
- Mulai memberikan edukasi dan mengajak suami untuk menggunakan bahan bakar dengan RON tinggi. Selain baik untuk lingkungan tentunya baik untuk mesin kendaraan dalam jangka panjang.
- Rajin memeriksa kendaraan dan memperbaiki jika knalpot atau emisi yang dihasilkan tidak baik untuk lingkungan.
- Mengampanyekan BBM Ramah Lingkungan baik kepada tetangga, komunitas, keluarga, tempat ibadah serta orang-orang yang memiliki kendaraan bermotor.
- Sebagai blogger dan content creator aktif menceritakan hal baik tentang penggunaan BBM yang ramah lingkungan.
- Untuk jarak tempuh yang tidak jauh sebaiknya menggunakan sepeda atau berjalan kaki selain baik untuk lingkungan juga baik untuk kesehatan tubuh.
- Menggunakan transportasi umum namun tetap memperhatikan protokol kesehatan di tengah pandemi.
- Mengenalkan BBM Eco Friendly seperti Pertamax, Pertamax Turbo dan Pertamax Dex untuk mesin kendaraan yang baik dan mengurangi global warming.
- Mendukung program kerja yang dilaksanakan KBR dan YLKI serta aktif mengikuti program-program yang dilaksanakan sehingga mendapatkan berita up date tentang lingkungan sekitar serta apa yang harus dilakukan dalam mengatasi masalah lingkungan yang terjadi.
Demikian kegiatan yang dapat dilakukan dan dimulai dari rumah serta akhirnya memberikan dampak positif secara menyeluruh kepada masyarakat luas. Semoga ada kesadaran yang lebih mendalam dari masyarakat untuk melakukan yang terbaik untuk bumi yang menjadi tempat tinggal anak cucu di masa depan.
Sekarang saya dan keluarga sudah memilih Pertamax untuk kendaraan karena memiliki RON yang lebih tinggi serta berharap mobil menjadi lebih awet dan tidak mudah bermasalah. Bagaimana dengan kamu? Yuks share di kolom komentar apa saja yang sudah dilakukan untuk mendukung program langit biru di Indonesia…
Sumber:
Webinar KBR x YLKI “Diskusi Publik Penggunaan BBM Ramah Lingkungan”
16 Comments
ainun · March 6, 2021 at 9:06 am
ibu aku suka marah nih kalau aku boros air dirumah dan semua kran air menyala
yang masih jarang aku lakukan adalah membeli pertamax, aku biasanya beli pertamax kalau antrian bensin pertalitenya lagi antri banget
Mechta · March 9, 2021 at 10:02 am
Langit biru sepertinya memang menjadi kemewahan tersendiri saat ini ya mba..dan utk mendapatkannya segenap lapisan masy harus bahu membahu melakukan tindakan2 yg mengurangi polusi udara..
RAch Alida · March 10, 2021 at 1:00 am
Memilih Pertamax teeryata bisa menjadi salah satu solusi ya mba. Baiklah, baca ini jadi terbuka wawasanya. Dan satu sisi memang ini perlu dukungan juga
winda - dajourneys.com · March 10, 2021 at 3:32 am
di Bandung sekarang mulai banyak yang menggunakan mobil listrik loh mba, walaupun nggak banyak tapi hampir setiap hari ada aja ketemu mobil listrik ehehehe
YSalma · March 10, 2021 at 4:52 am
Sepakat kak, menjaga langit biru di tempat tinggal kita merupakan tanggung jawab kita yang tinggal di daerah tersebut. Kalau saya juga menanam beberapa pohon tanaman keras di depan rumah, selain untuk produksi oksigen dan penyerap karbon dioksida juga untuk hijau2 dan peneduh.
Nurul Fitri Fatkhani · March 10, 2021 at 11:16 am
Kemarin waktu pandemi, keadaan langit di dunia sempat biru dan bersih ya, Mbak. Karena semua orang diam di rumah dan sedikit sekali kendaraan yang lalu lalang. Senangnya kalau langit kita bisa selalu bersih. Semestinya semua pihak bisa turut menjaga langit agar tetap bersih
Ida Tahmidah · March 10, 2021 at 8:02 pm
Para ibu yang merupakan guru pertama dan utama bagi anak2nya memang memiliki peranan penting dalam membentuk karakter anak2 nya… so peranannya di bidang lingkungan pun besar pula ya Mba… 😀
Nchie Hanie · March 11, 2021 at 12:20 am
Tertabok sebagai pengguna kndaraaan, tapi Alhamdulillah sudah menggunakan Pertamax ,semog saja edukasi hal hal yang begini terus digaungkan agar masyarakat pun mulai paham dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, agar langit membiri kembali, me gurangi polusi diudara.
April Hamsa | Parenting Blogger keluargahamsa.com · March 11, 2021 at 2:57 am
Ttg penggunaan transportasi umum itu sebenarnya org Indonesia tu kalau transportasi massalnya oke mau kok pakai kendaraan umum utk bepergian, shg bisa megurangi penggunaan pemakaian kendaraan pribadi. Di ibukota dan sekitarnya tu penggunaan busway, KRL,dan MRT kyknya jd andalan. Kalau kota2 lain mengikuti mungkin akan lbh baik lg. Tambah lg jg pembatasan pembelian kendaraan bermotor. Lumayan jg hemat2 pemakaian minyak bumi #imho
Mpo Ratne · March 11, 2021 at 3:33 am
Dengan ini kita jadi terbiasa untuk menjaga lingkungan dengan baik yang akan membuat hidup kita lebih bermanfaat bagi seluruh alam dan manusia
Heni Puspita · March 11, 2021 at 4:32 am
Di Bandar Lampung premium masih sesekali terlihat. Antrian untuk membelinya masih panjang. Ada juga mobil2 di atas tahun 2000an yang harusnya tidak pakai premium lagi. Secara harga memang lebih murah. Tapi ternyata efek bagi kendaraan dan bumi tidak baik
nyi Penengah Dewanti · March 11, 2021 at 5:17 am
Terimakasih mba Arda, banyak wawasan nih jadinya diriku untuk mewujudkan langit biru bersama untuk bumi kita Indonesia.
astin astanti · March 11, 2021 at 5:21 am
Banyak hal ya Mbak, yang dapat dilakukan dari rumah sebagai wanita. Mulai dari saat menyiapkan makanan, atau bahkan dengan membuat sumber daya alam yang dapat diperbaharui di rumah
Salah satu hal yang mudah dilakukan untuk membuat langit biru, ya, menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan untuk kendaraan dan tidak membakar sampah rumah tangga ya,
lendyagasshi · March 11, 2021 at 6:03 am
Semoga semua masyarakat Indonesia memahami dan menyayangi lingkungan sehingga program langit biru bisa berjalan dengan baik. Selain itu, akan ada lagi program-program yang mendukung pelestarian lingkungan lainnya.
Desri Desri · March 11, 2021 at 7:00 am
untungnya di dekat rumah udah ngga tersedia kecuali hanya utk jalur motor. Larinya ya ke Pertamax mba.
Bundabiya.com · March 11, 2021 at 3:15 pm
setuju bangeet mba, IRT tuh walaupun kesannya gak ngapa2in dan di rumah aja, justru banyak berperan dalam lingkungan.. asal tepat yaa hal2 yang diupayakan