Demensia Alzheimer merupakan penurunan memori dan perubahan cara berpikir. Umumnya ciri-ciri penyakit ini adalah mudah lupa, sulit mempelajari hal baru, sulit berkonsentrasi, sulit mengingat waktu dan terkadang sulit menemukan benda karena lupa meletakkannya.
Kondisi demensia umumnya dialami oleh seseorang yang sudah lanjut usia. Namun tidak tertutup kemungkinan, penyakit ini diderita oleh seseorang yang masih muda.
Menurut data WHO bahwa terdapat 50 Juta orang di dunia yang mengalami demensia. Demensia Alzheimer merupakan jenis demensia yang terbanyak atau sekitar 60-70%.
Dampak yang terjadi pada seseorang akibat demensia adalah fisik, psikososial, sosial dan beban ekonomi. Di Indonesia, gejala ini biasanya dikenal dengan pikun.
Pikun yang tidak wajar merupakan gejala Demensia Alzheimer. Gejala umum yang sering terjadi adalah:
- Sering hilang ingatan
- Sulit melakukan kegiatan harian
- Sering bingung
- Sulit menentukan kata dan angka
- Sering berubah suasana hati dan perilaku
Setiap tahun penyakit ini terus berkembang dan bertambah hampir 10 juta. Apalagi di masa pandemi ini penderita mengalami kesulitan untuk beraktivitas. Oleh karena itu, berikut strategi dan tips saat berdampingan dengan penderita Demensia di masa pandemi:
- Inisiatif mencari informasi perawatan ODD di masa pandemi Covid 19.
- Inisiatif mencari bantuan pihak berkompeten (mengenai gejala dan tanda Covid 19 pada ODD).
- Membagikan kisah ke komunitas caregivers.
- Membagi tugas dengan keluarga dalam melakukan perawatan.
Untuk itu dibutuhkan cara yang tepat dalam menangani kasus demensia. Bersyukurnya pada 19 September 2020 lalu terdapat acara Webinar atau Festival Digital Bulan Alzheimer. Acara yang terlaksana secara digital memberikan hal baru tentang dunia Alzheimer.
Apalagi orang tua memasuki usia yang mudah terkena Demensia Alzheimer seperti contoh penurunan daya ingat dan sebagainya. Dalam rangka Alzheimer Awareness Month yang jatuh pada bulan September maka PT Eisai Indonesia dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) melaksanakan acara tersebut.
Acara berlangsung selama 2 jam lebih dan pengisi acara oleh dokter yang spesial menangani Demensia Alzheimer tersebut. Bagaimana cara penanganan serta sampai kepada perawatan pasien Demensia Alzheimer di masa pandemi.
Berdasarkan fakta bahwa penyakit Alzheimer menjadi penyebab kematian no.6 di dunia. Bahkan dari 9 orang terdapat 1 orang penderita Demensia Alzheimer (AD).
Oleh karena itu, perlu adanya penanganan lebih lanjut mengenai penyakit ini. Salah satu hal yang dilakukan adalah melalui terapi yang dilakukan secara berkesinambungan. Di samping itu, berikut 5 (lima) hal yang dilakukan agar penderita tetap produktif:
- Menjaga kesehatan jantung
- Bergerak, berolahraga produktif
- Mengkonsumsi sayur/buah (gizi seimbang)
- Menstimulasi otak, fisik, mental dan spritual
- Bersosialisasi dan berktivitas positif.
Selain tetap mendukung penderita maka kita dapat lebih perhatian dengan kondisi pasien. Pasalnya, terkadang penderita Alzheimer menjadi beban bagi keluarga. Seperti pengalaman saya yang memiliki keluarga penderita Demensia Alzheimer adalah terkadang hilang untuk beberapa waktu karena tidak menemukan atau lupa jalan pulang.
Selain terapi obat, penderita juga dapat diterapi dengan Terapi Non Farmakologis:
- Menjaga kemandirian, rawat diri dan keamanan
- Terapi musik terbukti sukses dengan fokus pada aspek tingkah laku
- Manajemen masa tingkah laku
- Analisis tujuan berjangka
- Analisis masa depan secara dini
- Koordinasi perawatan dan penyedia layanan
- Mendukung dan mendidik perawat
- Memfasilitasi jadwal istirahat sesuai kebutuhan
- Diskusikan arahan perawatan lanjutan, kontrol keuangan dan perwalian.
Berdasarkan narasumber, setiap orang nantinya akan berpotensi Demensia Alzheimer, sehingga saat menjaga seorang pasien seperti keluarga maka lebih sabar, ikhlas, memahami penyakit Alzheimer dan mengikuti pelatihan agar lebih peka terhadap pasien.
Aplikasi E-Memory Screening Untuk Indonesia
Alzheimer dapat terjadi pada siapa saja, sehingga dengan teknologi yang canggih saat ini terdapat alat yang dapat mendeteksi demensia yaitu dengan E-Memory Screening (EMS).
EMS merupakan Alat Deteksi Dini Demensia yang menggunakan AD8-INA, direktori doctor spesialis neurologis dan Rumah Sakit dan artikel dementia. Aplikasi ini dapat diunduh melalui Google Play dan App Store.
Tujuan utama EMS ini adalah sebagai alat edukasi untuk masyarakat umum untuk mengetahui tentang penyakit demensia. Di samping itu, aplikasi ini menyuguhkan berbagai direktori Rumah Sakit yang mempunyai klinik memori dan dokter spesialis neurologis yang praktik.
Semakin dini penanganan demensia maka semakin mudah mencegah penyakit ini. Oleh karena itu, perlunya EMS ini untuk mengetahui gejala serta apa yang dialami.
Akhir kata, tetap perhatikan pasien Demensia Alzheimer dengan kasih agar mereka merasa dihargai. Apalagi di usia yang lanjut butuh kasih sayang yang lebih dan memiliki kesabaran dalam merawat. Di samping itu, untuk yang memasuki usia lanjut atau sebelumnya dapat mendeteksi penyakit ini dengan aplikasi EMS yang dapat diunduh serta digunakan sebagai guide untuk merawat pasien demensia.